
Nusantara – Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) membuat gebrakan besar dengan mengumumkan pembukaan tender internasional untuk mega proyek ” Nusantara Undersea Tunnel Railway” (NUTRail). Proyek ambisius ini bertujuan membangun jaringan kereta cepat bawah laut pertama di Indonesia yang akan menghubungkan secara langsung pusat pemerintahan di IKN, Kalimantan Timur, dengan kota Makassar, Sulawesi Selatan. Jika terwujud, proyek ini akan menjadi salah satu terowongan kereta bawah laut terpanjang di dunia.
Kepala Otorita IKN, dalam konferensi pers yang digelar di Titik Nol Nusantara, menyatakan bahwa proyek ini adalah bagian dari visi jangka panjang untuk menjadikan IKN sebagai superhub ekonomi yang tidak hanya menghubungkan pulau pulau di Indonesia, tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai poros maritim dan logistik utama di kawasan Asia Tenggara. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya lebih dari Rp 400 triliun dan ditargetkan selesai dalam 15 tahun ke depan.
Spesifikasi Proyek dan Tantangan Teknologi
Proyek NUTRail bukanlah proyek infrastruktur biasa. Skala dan kompleksitasnya menuntut teknologi dan keahlian rekayasa tingkat tinggi. Otorita IKN telah memaparkan beberapa spesifikasi awal dan tantangan yang harus diatasi oleh para calon investor dan kontraktor.
Terowongan Melintasi Selat Makassar
Jalur kereta ini akan membentang di bawah dasar laut Selat Makassar, sebuah perairan dalam yang dikenal memiliki kondisi geologis yang kompleks dan arus bawah laut yang kuat. Terowongan ini direncanakan memiliki panjang total sekitar 120 kilometer. Para insinyur akan menghadapi tantangan dalam hal pengeboran, stabilitas struktur di bawah tekanan air yang ekstrem, serta mitigasi risiko seismik, mengingat wilayah tersebut berada di dekat jalur lempeng tektonik. Teknologi Tunnel Boring Machine (TBM) paling canggih akan dibutuhkan untuk merealisasikan proyek ini.
Kereta Cepat Berbasis Magnetik
Kereta yang akan dioperasikan di jalur ini bukanlah kereta cepat konvensional. Rencananya adalah menggunakan teknologi Magnetic Levitation (Maglev) generasi terbaru yang memungkinkan kereta melaju dengan kecepatan hingga 450 km/jam. Dengan kecepatan tersebut, waktu tempuh antara IKN dan Makassar yang biasanya memakan waktu berjam-jam melalui udara (termasuk waktu di bandara) dapat dipangkas menjadi sekitar 30-40 menit saja. Proyek ini juga akan menjadi proyek kereta Maglev bawah laut pertama di dunia.
Sumber Pendanaan dan Reaksi Publik
Mengingat besarnya biaya, Otorita IKN menegaskan bahwa proyek ini tidak akan bergantung sepenuhnya pada APBN. Skema pendanaan yang ditawarkan adalah Public-Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) yang melibatkan konsorsium internasional. “Kami mengundang investor dan perusahaan teknologi dari seluruh dunia yang memiliki rekam jejak terbukti untuk berpartisipasi dalam tender bersejarah ini,” ujar Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN.
Pengumuman ini menuai beragam reaksi. Kalangan pebisnis dan pendukung pembangunan menyambut baik rencana ini sebagai langkah visioner yang akan mendorong pemerataan ekonomi dan konektivitas antar-pulau secara revolusioner. Namun, tidak sedikit kritik yang muncul. Aktivis lingkungan mengkhawatirkan dampak ekologis masif dari pembangunan di Selat Makassar, yang merupakan salah satu koridor laut terkaya di dunia. Sementara itu, sebagian ekonom dan politisi mempertanyakan urgensi dan kelayakan finansial proyek raksasa ini di tengah
berbagai kebutuhan dasar rakyat yang masih belum terpenuhi. Mereka khawatir proyek ini akan menjadi “proyek mercusuar” yang membebani keuangan negara untuk generasi-generasi mendatang.